Nadiem, Doan Van Hau dan Roger Casugay

Ridwan Laki

Oleh: Ridwan Laki
Dosen Universitas Alkhairaat

Tiga nama diatas saya jadikan judul tulisan ini, karena ketiganya mendapat sorotan dari para netizen di sosial media beberapa hari ini. Ketiganya berbeda negara dan profesi.

Yang pertama adalah nama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan kita. Nadiem Makarim, gagasannya menghapus ujian Nasional tahun 2021 dan memerdekakan insan pendidikan adalah sebuah langkah luar biasa mendobrak tradisi dan mendapatkan dukungan netizen.

Namun saya belum membahas soal itu, sebagai insan akademik saya tergelitik dengan sebuah postingan di media sosial yang menyoal “salah kostum” pak menteri saat menghadiri pelantikan Rektor Universitas Indonesia. Pakaian sang menteri milenial itu mendapatkan hujan kritik. Oleh netizen dikatakan tidak tepat, kurang beradab dan tak bisa menempatkan diri pada acara apa ia berpakaian.

Saat ini beliau adalah pejabat publik yang banyak disorot, ia bukan lagi bos gojek. Kata para netizen. Bahkan mantan Ketua MPR RI Marzuki Ali turut memberikan nasihat kepada mas Nadiem agar mampu menyesuaikan cara berpakaian, mengingat, ia adalah seorang pejabat publik yang tak luput dari sorotan. Semoga mas Menteri menjadikan kritikan itu sebagai bagian dari apa yang menjadi gagasannya membangun dan memperbaiki karakter anak bangsa.

Nama kedua adalah pemain sepakbola asal Vietnam, Doan Van Hau, akun medsosnya diserbu netizen Indonesia usai pertandingan final Seagames cabang sepakbola yang mempertemukan kedua negara.

Ia dikecam karena melakukan tindakan tidak sportif saat laga sedang berlangsung, dimenit 20 Van Hau melakukan tekel horor tepat mengenai engkel pengatur serangan timnas Indonesia Evan Dimas Darmono.

Aksi pemain Vietnam nomor punggung 5 yang terkesan sengaja menginjak kaki Evan Dimas itu luput dari penglihatan wasit, jangankan mendapatkan kartu merah diperingati pun tidak oleh wasit asal Saudi Arabia yang memimpin laga panas itu. Motor serangan Indonesia itupun terkapar dan ditandu keluar lapangan. Ia terpaksa digantikan oleh Syahrian Abimanyu.

Pelatih Timnas Indonesia U-23 Indra Sjafri mengakui saat pemain nomor punggung 6 itu tidak lagi berada diatas lapangan, permainan Indonesia lebih mudah terbaca lawan. Van Hau sendiri menctak dua dari tiga gol yang bersarang dijala yang dikawal Nadeo pada laga final itu. Pemain Vietnam terus memperagakan permainan keras, beberapa pemain Vietnam terlihat menyikut dan dada dan tenggorokan Saddil Ramdani dan Firza Andika.

Indonesia belum ditakdirkan Allah alias gagal mengulangi sejarah 1991 Manila di stadion yang sama, ketika itu pasukan Garuda berhasil membawa pulang medali emas. Saat pengalungan medali, Van Hau terekam kameramenghampiri dan meminta maaf kepada Evan yang saat itu duduk dikursi roda.

Nama ketiga adalah Roger Casugay, atlit atau peselancar asal Philipina yang viral menjadi perbincangan dan mendapatkan pujian dari masyarakat dunia, karena menyelamatkan nyawa peselancar asal Indonesia, ia rela melepas medali emas yang sudah didepan matanya.

Kejadian bermula ketika Roger Casugay dan Arip Nurhidayat bertanding pada ronde ketiga kelas longboard open cabang olahraga selancar SEA Games 2019. Ketika sedang bertanding di Monaliza Point, San Juan, La Union, Jumat (6/12/2019), tali di kaki Arip terlepas dan tenggelam tergulung ombak, saat itulah Roger Casugay melakukan aksi heroik menyelamatkan nyawa rivalnya dari Indonesia.

Wajar kalau ia kemudian mendapatkan penghargaan sebagai ‘Atlet Fair Play’ SEA Games 2019. Penghargaan itu diterima berkat aksi heroik Roger ketika menyelamatkan atlet Indonesia, Arip Nurhidayat. Bahkan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo atas nama masyarakat Indonesia secara khusus mengucapkan terimakasih kepada Roger Casugay.

Catatan penting dari peristiwa diatas, mengajarkan kepada kita untuk mengedepankan sisi kemanusiaan, sportifitas dan fair play.

Pos terkait