Palu, Jaripedenews.com – Sosok ustadz Irfan Abdul Gafar dimata para sahabatnya, meninggalkan kesan yang mendalam dalam berinteraksi baik secara personal maupun kelembagaan. Salah seorang sahabatnya, Sahran Raden menuturkan, sabtu malam itu,( 16/10), ia tengah dalam perjalanan dari Makassar menuju Palu, saat mendapat telepon dari ustad Syarif Hasyim, yang mengabarkan kondisi terakhir ustadz Irfan Abdul Gafar, yang sedang sakit dirumahnya.
“Ada sesuatu yang saya rasakan tapi tidak bisa diungkapkan kepada ustad Syarif Hasyim dan Istri saya serta beberapa orang teman yang saya telpon,”tulis Sahran dalam akun pribadinya.
Beberapa saat kemudian, sekitar pukul 23.30, ustadz Irfan dikabarkan telah menghembuskan napas terakhirnya. Dimata Sahran Raden, almarhum adalah sosok guru sekaligus sahabat, betapa tidak, sejak pertemuan pertama di kampus IAIN Palu tahun 1993, sampai akhir hayat sosok almarhum adalah teman disksusi dalam segala hal, bahkan cari duit dan makan bersama.
Sahran mengakui, selama berinteraksi dengan almarhum, tidak pernah sedikit pun beliau menyimpan rasa dengki kepada dirinya. Ketulusan, kepeduliannya yang sangat tinggi terhadap sesama, serta senang membantu orang lain, produktif, rajin, disiplin dan komitmen yang tinggi adalah bagian yang tidak terpisahkan dari kepribadian almarhum.
“Pernah suatu ketika, saat kongres GP Ansor di Surabaya tahun 2007, beliau menegur ketua PW nya Drs. Sirajuddin Tayyeb yang tidak lain adalah keluarganya. Saat itu almarhum, sebagai Wakil Ketua I PW GP Ansor Sulteng, dan saya waktu itu, Wakil Sekretaris PW GP Ansor Sulteng. Saya bersama mereka berdua saat itu. Teguran beliau saat itu dilakukan dengan kasih sayang, peduli kepada saudaranya,”ujarnya.
Menurut Sahran, selama hidupnya, didedikasikan untuk kemajuan pendidikan, madrasah dan pesantren. Begitu juga dengan kegiatan sosial kemasyarakatan sudah menajdi bagian dari hidupnya. Semoga Allah menerima segala amal baiknya dan mengampuni segala khilaf dan salahnya.
“Maafkan saya, tidak mendapatkan jenazahmu karena berada diantara jarak yang jauh. Selain guru, kakak, sahabat rekan kerja juga beliau tetangga saya, rumah saya tidak terlalu berjauhan dengan rumah beliau. jadi kami juga sering mengunjungi,”kata Sahran.
Saat terbaring sakit di Ampana, Sahran membujuknya untuk berobat lanjut di Palu. Beliau dan keluarganya setuju dan diboyong ke Palu, kader Ansor dan Banser menyambutya di dua rumah sakit. Beberapa hari dirawat dirumah sakit Undata. Namun Allah berkehendak lain, Allah lebih mencintai dan menyayanginya.
Selamat jalan guru dan sahabat terbaikku.
Reporter: Iwan Laki